KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga kita dapat menyelesaikan
tugas ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas dari pelajaran Desain dan Pengembangan Kurikulum Biologi Sekolah. Dan
makalah ini berjudul “Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum”. Tugas ini
berfungsi dalam memperbanyak referensi penulis dalam mengikuti MK tersebut selain
itu juga menambah wawasan kita sebagai mahasiswa Biologi khususnya pendidikan
biologi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. Penulis sadar bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan,untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan
agar membantu dalam pembuatan makalah di masa yang akan datang agar menjadi
lebih baik sempurna dan memuaskan.
Atas perhatian dan dukungannya penulis mengucapkan banyak
terima kasih.
Makassar,
September 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar 1
Daftar isi 2
Bab 1 pendahuluan 3
Bab 2
Pembahasan 5
Bab 3 penutup 16
Daftar pustaka 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Model
atau rancangan bahkan model dalam kurikulum adalah komponen yang sangat menentukan
keberhasilan sebuah proses pendidikan. Mendesain kurikulum bukanlah pekerjaan
yang ringan. Ia membutuhkan kajian yang komprehensif dalam rangka mendapatkan
hasil yang dapat mengakomodir tuntutan dan perubahan zaman. Mendesain kurikulum
berarti menyusun model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah. Tugas dan
peran seorang desainer kurikulum, sama seperti arsitek. Sebelum menentukan
bahan dan cara mengkonstruksi bangunan terlebih dahulu seorang arsitek harus
merancang model bangunan yang akan dibangun.
Para
ahli kurikulum berupaya merumuskan macam-macam desain kurikulum. Eisner dan
Vallance (1974) menyebutnya menjadi lima jenis, yaitu model pengembangan proses
kognitif, kurikulum sebagai teknologi, kurikulum sebagai aktualisasi diri,
kurikulum sebagai rekonstruksi sosial, dan kurikulum rasionalisasi akademis. Mc
Neil (1977) membagi desain kurikulum menjadi empat model, yaitu model kurikulum
humanistis, kurikulum rekonstruksi sosial, kurikulum teknologi, dan kurikulum
subjek akademik. Saylor, Alexander, dan
Lewis (1981) membagi desain kurikulum menjadi kurikulum subject matter
disiplin, kompetensi yang barsifat spesifik atau kurikulum teknologi, kurikulum
sebagai proses, kurikulum sebagai fungsi sosial, dan kurikulum yang berdasarkan
minat individu.
Sedangkan
Shane (1993) membagi desain kurikulum menjadi empat desain, yaitu desain
kurikulum yang berorientasi pada masyarakat, desain kurikulum yang berorientasi
pada anak, desain kurikulum yang berorientasi pada pengetahuan, dan desain kurikulum
yang bersifat eklektik. Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan
kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan
atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang
optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem
pengolahan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang
digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan
yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model
pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan
kurikulum humanistik, teknologis dan rekonstruksi sosial.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sebenarnya pengembangan kurikulum?
2. Bagaimana
model-model pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana
pendekatan pengembangan kurikulum?
4. Bagaimana
pengembangan kurikulum berbasis akademik dan berbasis kompetensi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pendekaatan Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum (curriculum development/curriculum
planning/curriculum design) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan metode dan material, penilaian dan balikan (feedback). Tujuan menggambarkan semua pengetahuan dan pertimbangan tujuan-tujuan pembelajaran, baik berhubungan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara keseluruhan.
planning/curriculum design) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan metode dan material, penilaian dan balikan (feedback). Tujuan menggambarkan semua pengetahuan dan pertimbangan tujuan-tujuan pembelajaran, baik berhubungan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara keseluruhan.
Metode dan material menggambarkan
metode-metode dan material sekolah guna mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Penilaian, berhubungan dengan sejauh mana keberhasilan kegiatan yang telah
dikembangkan tujuan baru. Balikan (feedback),
merupakan semua pengalaman yang telah diperoleh dan pada gilirannya menjadi
titik tolak bagi langkah pengembangan. Pengembangan kurikulum sendiri adalah
kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan dan mempertahankan dan
menyempurnakan kurikulum yang telah ada guna memperoleh hasil yang lebih baik
lagi. Dari kurikulum 1994, suplemen 1999, KBK dan KTSP. Dan kurikulum yang
sekarang kita pakai adalah kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkatan Satuan
Pendidikan) dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh Guru, Kepala
Sekolah serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan.
B. MODEL-MODEL
PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. Admistrative
Model
Model
pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak
dikenal. Diberi nama model administratif atau line staff karena inisiatif dan
gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan
prosedur administrasi.
2. Grass
Root Model
Model
pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu
guru-guru atau sekolah. Diberi nama Grass root karena inisiatif dan gagasan
pengembangan kurikulum datang dari seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan
guru di suatu sekolah. Mencermati hal diatas maka penulis tidak dalam upaya
untuk menyajikan kurikulum dari asfek model-modelnya secara keseluruhan. Namun
akan lebih mencermati sekaligus mengkaji kurikulum sesuai dengan judul yang
ditugaskan kepada penulis, yaitu model pengembangan kurikulum dengan
menggunakan pendekatan Grass Roots.
Dilihat
dari cakupan pengembangannya ada dua pendekatan yang dapat diterapkan. Pertama,
pendekatan top down atau pendekatan administrative, yaitu pendekatan dengan
sistem komando dari atas ke bawah; dan kedua adalah pendekatan grass root, atau
pengembangan kurikulum yang diawali oleh inisiatif dari bawah lalu
disebarluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan istilah singkat
sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.
Kalau pada pendekatan administratif inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari para pemegang kebijakan kemudian turun ke stafnya atau dari atas ke bawah, maka dalam model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pendekatan ini dinamakan juga. Kurikulum yang bersifat kaku, yang hanya mengandung petunjuk dan persyaratan teknis sangat sulit dilakukan pengembangannya dengan pendekatan ini.
Kalau pada pendekatan administratif inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari para pemegang kebijakan kemudian turun ke stafnya atau dari atas ke bawah, maka dalam model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pendekatan ini dinamakan juga. Kurikulum yang bersifat kaku, yang hanya mengandung petunjuk dan persyaratan teknis sangat sulit dilakukan pengembangannya dengan pendekatan ini.
Pendekatan
grass roots biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang
berlaku. Misalnya dirasakan ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran,
atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kurangnya motivasi
belajar siswa sehingga kita merasa terganggu, dan lain sebaginya. Pemahaman dan
kesadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci dalam grass roots.
Tanpa adanya kesadaran masalah tidak mungkin grass roots dapat berlangsung.
Kedua, mengadakan refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka
selanjutnya kita berusaha mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi
dilakukan dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku,
jurnal hasil penelitian yang relevan dengan latar belakangnya. Dengan pemahaman
tersebut, akan memudahkan bagi guru dalam mendesain lingkungan yang dapat
mengaktifkan siswa memperoleh pengalaman belajar.
Ada
beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa. Pertama, pengalaman
siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan akan
menentukan pengalaman pembelajaran. Kedua, setiap penglaman belajar harus
memuaskan siswa. Ketiga, Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya
melibatkan siswa. Keempat, mungkin dalam satu penglaman belajar dapat mencapai
tujuan yang berbeda. Terdapat beberapa bentuk pengalaman belajar yang dapat
dikembangkan, misalkan pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan
berpikir siswa, pengalaman belajar untuk membantu siswa dalam mengumpulkan
sejumlah informasi, pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan sikap
sosial, dan pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan minat.
Untuk
lebih merinci, penulis akan mengulas kembali secara rinci, bahwa inisiatif dan
upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu
guru-guru atau sekolah. Diberi nama Grass roots karena inisiatif dan gagasan
pengembangan kurikulum datang dari seorang guru sekelompok guru atau
keseluruhan guru di suatu sekolah. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa
guru adalah : Perencana, pelaksana, penyempurna dari pengajaran di kelasnya.
Dari beberapa kajian di atas, maka dapat ditemukan ciri-ciri dari grass roots
model yaitu :
1. Guru
memiliki kemampuan yang professional.
2. Keterlibatan
langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan penentuan evaluasi.
3. Muncul
konsensus tujuan, prinsip – prinsip maupun rencana – rencana diantara para
guru.
4. Bersifat
desentralisasi dan demokratis
C. Pendekatan
Pengembang Kurikulum
Pengembangan
kurikulum seyoglanya dilaksanakan secara sistemik berdasarkan prinsip terpadu
yaitu memberikan petunjuk bahwa keseluruhan komponen harus harus tepat sekali
dan menyambung secara integratif, tidak terlepas-lepas, tetapi menyeluruh.
Penyusunan satu komponen harus dinilai konsistensinya dan berkaitan dengan
komponen-komponen lainnya sehingga kurikulum benar-benar terpadu secara bulat
dan utuh. Ada berbagai macam pendekatan yang dapat digunakan dalam
mengembangkan kurikulum, diantaranya adalah:
1) Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran.
1) Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran.
Pendekatan
ini di Indonesia dalam kurikulum sebelum kurikulum 1975. bagaimana dengan
kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi bahan adalah bahwa bahan
pengajaran lebih flesibel dan bebas dalam menyusunnya, sebab tidak ada
ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan pengajaran yang sesuai dengan
tujuan. Kelemahannya adalah karena tujuan pengajaran kurang jelas, maka sukar
ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang sesuai untuk pengajaran.
Demikian pula untuk kebutuhan penilaian. Jadi pertanyaan pertama yang muncul
dalam kaitannya dengan pendekatan yang berorientasi pada bahan adalah bahan apa
yang akan diberikan / diajarkan kepada peserta didik?
2)
Pendekatan berorientasi pada tujuan
Pendekatan
yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusan atau penetapan tujuan
yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah penberi arah
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Bagaimana kelebihan dan kekurangan
pendekatan yang berorientasi pada tujuan? Kelebihan dari pendekatan
pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan adalah:
a.
Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi
penyusunan kurikulum
b.
Tujuan yang jelas pula didalam
meneptapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang diperlukan
untuk mencapai tujuan.
c.
Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan
memberikan arah dalam mengadakan penilaian terhadap hasil yang di capai.
d.
Hasil penilaian yang terarah tersebut
akan membantu penyusun kurikulum dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang di
perlukan
Sedangkan kelemahan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri (bagi guru). Pertanyaan yang pertama kali muncul pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan adalah ”tujuan apa yang ingin dicapai, atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap apakah yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikam kurikulum?”
Sedangkan kelemahan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri (bagi guru). Pertanyaan yang pertama kali muncul pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan adalah ”tujuan apa yang ingin dicapai, atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap apakah yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikam kurikulum?”
3) Pendekatan dengan Organisasi Bahan
a.
Pendekatan Pola Subjec Matter Curriculum
Pendekatan ini penekanannya pada mata pelajaran-mata pelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: Sejarah, Ilmu Bumi, Biologi, Berhitung. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu sama lain.
Pendekatan ini penekanannya pada mata pelajaran-mata pelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: Sejarah, Ilmu Bumi, Biologi, Berhitung. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu sama lain.
b.
Pendekatan
dengan Pola Correlated Curriculum
Pendekatan dengan pola ini adalah pendekatan dengan pola mengelompokkan beberapa mata pelajaran (bahan) yang seiring, yang bisa secara dekat berhubungan. Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu:
1. Pendekatan Struktural
Pendekatan dengan pola ini adalah pendekatan dengan pola mengelompokkan beberapa mata pelajaran (bahan) yang seiring, yang bisa secara dekat berhubungan. Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu:
1. Pendekatan Struktural
Sebagai contoh adalah IPS. Bidang ini terdiri atas Ilmu Bumi,
Sejarah, dan Ekonomi. Maka didalam suatu pokok (topik) dari Ilmu Bumi, kemudian
dipelajari pula ilmu-ilmu lain yang masih berada dalam lingkup suatu bidang studi.
2. Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini berdasar pada masalah yang berarti dalam
kehidupan sehari-hari. Masalah ini dikupas melalui berbagai ilmu yang berada
dalam lingkup suatu bidang studi yang dipandang ada hubungannya.
3. Pendekatan
Tempat / Daerah
Atas dasar pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok
pembicaraannya. Misalnya tentang daerah Yogyakarta, maka dapat dibuat bahan
pembicaraan mengenai; segi wisatanya, antropologi, budaya, politik, ekonomi dan
sebagainya.
c.
Pendekatan Pola Integrated Curriculum
Pendekatan ini didasarkan pada keseluruhan
hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak sekedar merupakan
kumpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional Negara kita, yang mengarah pada pembentukan pribadi
manusia seutuhnya, maka di dalam pemberian bahan pendekatan ini menekankan pada
keutuhan kebutuhan, yang dalam hal ini tidak hanya melalui mata pelajaran yang
terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batasan
tertentu dari masing-masing bahan pelajaran.
Menurut Blaney, pengembangan kurikulum
merupakan suatu proses yang sangat kompleks karena mencakup pembicaraan
penyusunan kurikulum yang dilaksanakan di sekolah disertai dengan penilaian
yang intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan terhadap komponen kurikulum.
Usaha melaksanakan tiga hal tersebut berarti harus melaksanakan keseluruhan
proses pengintegrasian komponen kurikulum, diantaranya adalah komponen tujuan.
Dalam kaitannya dengan komponen tujuan ini, perlu di mengerti pula tentang
kedudukan otoritas yang mengambil keputusan kurikulum.
D.
Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berbasis Akademik Dan
Berbasis Kompetensi
1.
Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berbasis Akademik
Dalam menyusun kurikulum atau program
pendidikan didasarkan pada sistemisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu
pengetahuan memiliki sistemisasi tertentu yang berbeda dengan sistemisasi ilmu
lainnya. Pengembangan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan cara
menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari
peserta didik, yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu.
Ada tiga pendekatan dalam
perkembangan kurikulum subyek akademik. Pendekatan pertama, melanjutkan
pendekatan struktur pengetahuan. Murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan
menguji fakta-fakta dan bukan sekedar mengingat-ingatnya. Pendekatan kedua,
adalah studi yang bersifat integratif. pendekatan ini merupakan respon terhadap
perkembangan masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan
komprehensif-terpadu. Pendekatan ketiga adalah pendekatan yang dilaksanakan
pada sekolah-sekolah fundamentalis. Mereka tetap mengajar berdasarkan mata
pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan memecahkan
masalah-masalah matematis.
Model kurikulum ini sangat mengutamakan
pengetahuan, sehingga pendidikan diarahkan lebih bersifat intelektual. Konotasi
model ini tidak hanya menerima apa yang disampaikan dalam perkembangan, tetapi
juga menerima proses belajar yang dialami peserta didik. Sumber model subjek
akademis dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme)
yang berorientasi pada masa lalu. Semua pengetahuan dan nilai-nilai telah
ditemukan pada pemikiran masa lalu, sedangkan masa kini hanya memelihara dan
mewarisi hasil budaya masa lalu tersebut. Sebaliknya, kurikulum lebih
mengutamakan isi pendidikan dan peserta didik merupakan usaha untuk menguasai
isi pendidikan sebanyak-banyaknya. Sekolah adalah tempat peserta didik untuk
memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa fungsi itu, eksistensi sekolah akan
kehilangan pamornya yang paling utama. Saat memuncak, model subjek akademis
(istilah lain rasionalisasi-akademis) ini mengalami perkembangan menjadi tiga
struktur disiplin, yaitu:
1)
Aliran yang melanjutkan struktur disiplin, aliran ini
menonjolkan proses penelitian ilmiah, baik masalah sosial, nilai-nilai, maupun
kebijaksanaan tokoh-tokoh pemerintah. Kritik yang timbul pada aliran ini adalah
pendidikan menghasilkan manusia-manusia sinis, dingin, objektif rasional dan
tidak mempunyai kepercayaan. Selain itu aliran ini pun menghasilkan
manusia-manusia yang tidak memiliki cita-cita nasional dan tidak memiliki
pemujaan terhadap pahlawan serta emosinya miskin.
2)
Pelajar terpadu, dalam memahami masalah yang kompleks,
aliran ini menggunakan beberapa disiplin ilmu yang terpadu yang diperoleh dari
pelajaran konsep-konsep pokok, proses-proses ilmiah, gejala-gejala alam, dan
masalah-masalah yang dihadapi. Oleh karena itu pendekatannya adalah
interdisipliner.
3)
Pendidikan fundamental yang mementingkan isi dan
materi, disamping cara-cara atau proses berfikir.
Secara
umum, kurikulum model subjek akademis dipandang sebagai model yang masih
sepihak dan belum mampu mengintegrasikan antara nilai lama dan nilai baru,
padahal islam menghendaki adanya model yang interdisipliner dan integratif
terhadap semua masalah-masalah kehidupan.
Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetisi (KBK)
dapat diartikan sebagai suatu kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi
tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk
mengembangkan pengetahuan pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta
didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan
keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. KBK memfokuskan pada perolehan kompetensi-kompetensi
tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah
kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa,
sehingga pencapainnya dapat dinikmati dalam bentuk perilaku atau ketrampilan peserta
didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu
diarahkan untuk membentuk peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat
kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat, setiap
peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.
KBK menurut guru yang berkualitas dan
profesional untuk melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan. Meskipun demikian konsep ini tentu saja tidak dapat digunakan
sebagai resep untuk memecahkan semua masalah pendidikan, namun dapat memberi
sumbangan yang cukup signifikan terhadap perbaikan pendidikan. Kurikulum adalah subsistem dalam
dunia pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari proses dinamika yang terjadi
dalam masyarakat. Sedangkan kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai yang
diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Jadi, Kurikulum Berbasis
Kompentensi adalah kurikulum yang secara dominan menekankan pada kompetensi
yang harus dikuasai oleh siswa dalam setiap mata pelajaran pada setiap jenjang
sekolah. Sebagai implikasinya akan terjadi pergeseran dari dominasi penguasaan
kongnitif menuju penguasaan kompetensi tertentu. Kompetensi yang dituntut
terbagi atas tiga jenis, yaitu:
1. Kompetensi tamatan yaitu, kompetensi
minimal yang harus dicapai oleh siswa setelah menamatkan sesuatu jenjang
paendidikan tertentu.
2. Kompetensi mata pelajaran, yaitu
kompetensi minimal yang harus dicapai pada saat siswa menyelesaikan mata
pelajaran tertentu.
3. Kompetensi dasar, yaitu kemampuan
minimal yang harus dicapai oleh siswa dalam setiap bahasan atau materi tertentu
dalam satu bidang tertentu.
Kurikulum
berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen
sebagai framework, yaitu:
1.
Kurikulum
dan hasil belajar. Memuat perencanaan pembangunan kompetensi peserta didik yang
perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai 18 tahun dan juga memuat
hasil belajar, indikator, dan materi.
2.
Penilaian
berbasis kelas. Memuat prinsip sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan
yang lebih akurat dan konsistensebagai akuntabilitas public melalui
identifikasi kompetensi dari indikator belajar yang telah dicapai, pernyataan
yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan
belajar siswa dan pelaporan.
3.
Kegiatan
belajar mengajar. Memuat gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran
untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan pedagogis dan adragogis
yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.
4.
Pengelolaan
kurikulum berbasis sekolah. Memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga pendidikan
dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar, pola ini dilengkapi
dengan gagasan pembentukan kurrikulum (curriculum council), pengambangan
perangkat kurikulum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
penjelasan sebagaimana telah dibahas pada bagian pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan
kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan
atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang
optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem
pengolahan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang
digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan
yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model pengembangan
Grass roots ini merupakan inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan
datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Diberi nama
Grass roots karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum datang dari
seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah. Pendekatan
grass roots hanya mungkin terjadi manakala guru memiliki sikap professional
yang tinggi disertai kemampuan yang memadai. Sikap professional itu biasanya
ditandai dengan keinginan untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang baru dalam
upaya untuk meningkatkan kinerjanya. Secara umum pendekatan-pendekatan pengembangan dalam
kurikulum adalah :
1. Pendekatan Sentralistik
Pendekatan
sentralistik adalah pendekatan yang terpusat. Pendekatan ini memiliki kelebihan
adalah mudahnya dicapai consensus, sangat baik dan memelihara budaya nasional,
sangat membantu dalam perlasan kesempatan belajar, an mudah dalam mengadakan
inovasi, sedangkan kekurangan pendekatan sentralistik adalah kurang mamu
beradaptasi dengan kebutuhan lokal (daerah).
2. Pendekatan Desentralistik
Pendekatan
desentralistik adalah pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing. Kelebihan pendekatan ini adalah mudah diadaptasi dengan
kebutuhan dan situasi budaya daerah/lokal, namun memiliki kelemahan yaitu
kesulitan untuk mencapai konsensus dari berbagai keragaman kebutuhan daerah.
Tuntutan utama dari pendekatan desentralistik adalah tuntutan kemampuan setiap
pengembang kurikulum yang harus menyebar dari tingkat pusat, daerah, sampai pada
tinglkat satuan pendidikan di sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Dacholfany,
M Ihsan, Model – Model Pengembangan Kurikulum (Artikel Jurnal), Dosen Univ.
Imam Al-Ghozali Yayasan Tunas Islam, Jakarta.
Hamalik, Oemar.
2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta
: Bumi Aksara
Sudrajat, Ahmad. 2008. Model Pengembangan Kurikulum. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/model-pengembangan-
kurikulum. Diakses tanggal 20 Januari 2011.
Nasution. 2006. Kurikulum dan
Pengajaran. Jakarta ; PT. Bumi Aksara
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek.
Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan
Pembelajaran : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
UPI, Bandung, 2002.
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada media group
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum
teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Yulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan pembelajaran Filosofi Teori dan Prakrtek. Bandung :
Pakar Raya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar