TUGAS
AGAMA
Nama : Julistin Cahyani
Salmon
NIM : 1114040020
Fakultas/Jurusan : MIPA/Biologi
Untuk dapat
mengetahui bagaimana peran agama dalam pembentukan kepribadian, terlebih dahulu
kita harus mengetahui pengertian dari agama itu sendiri. Agama merupakan
sesuatu yang telah kita peroleh sejak kita lahir dan akan terus kita pelajari
sampai Tuhan memanggil kita kembali. Istilah Agama
itu sendiri dalam bahasa sansekerta terdiri dari kosakata ”a” berarti “tidak”
dan “gama” yang berarti kacau. Sehingga, apabila kedua kata itu digabungkan,
maka agama berarti tidak kacau. Istilah yang kedua adalah “ugama” yang berarti
“peraturan”, “tata tertib”, dan “hukum taurat”. Dari kedua kata tersebut dapat
disimpulkan bahwa agama adalah upaya manusia untuk mengaitkan dan menyesuaikan
seluruh hidupnya dengan tata tertib, hukum serta peraturan Ilahi.
Dalam
dunia pendidikan, peran agama dalam pembentukan kepribadian kristen sangat
besar dampak dan pengaruhnya. Agama pertama kali dipelajari dalam lingkungan
keluarga. Seorang anak yang dilahirkan dari orangtua yang beraga kristen,
secara otomatis juga akan beragama kristen. Tetapi status keagamaannya ini
hanya merupakan formalitas saja. Hanya untuk menunjukkan bahwa anak tersebut
adalah seorang pengikut Kristus, tanpa mengetahui apa yang Tuhan kehendaki dari
dirinya. Pertumbuhan iman anak kepada Tuhan merupakan dambaan setiap orang tua
dalam kehidupannya. Untuk mencapai iman yang demikian, banyak usaha yang
ditempuh setiap orang untuk membentuk dan membangun imannya. Sebagai
contoh, setiap orang berusaha untuk mempelajari segala sesuatu tentang
keagamaan. Sebab, dari zaman ke
zaman, setiap orang selalu ingin memiliki kepribadian yang baik, sopan,
bertatakrama, dihargai dan ingin bahagia dan ingin meraih kesuksesan hidup dan
terpandang dalam lingkungannya. Dengan adanya agama, maka kita bisa
banyak tahu tentang berbagai macam hal, baik itu yang buruk maupun yag baik.
Bahkan dengan belajar agama kita bisa menyadari apa yang salah dan apa yang
benar hanya dengan mempedomani agama. Sehingga dengan begitu, kepribadian
seseorang akan bertumbuh.
Agama yang
dilaksanakan sesuai dengan moralitas yang baik dalam masyakat, secara otomatis
akan menghasilkan suatu kepribadian yang baik dan berkualitas. Agama memberikan
kita suatu pengajaran bahwa, apa yang kita lakukan di dunia ini baik itu
perilaku yang baik atau buruk, perilaku yang berkenan dan tidak berkenan di
hadapan Tuhan, semuanya pasti akan ada ganjarannya. Apabila kita mampu
menyenangkan hati Tuhan di dunia tempat kita dititipkan saat ini, maka Tuhan
juga pasti akan menyenangkan hati kita dengan hidup bersama-sama dengan dia di
dunia yang abadi nanti. Tuhan telah berjanji, bahwa barang siapa yang mengikuti
Dia, ia tidak akan binasa, melainkan ia akan memperoleh hidup yang kekal.
Seperti yang
dikatakan di atas, bahwa kepribadian pertama-tama akan dibentuk dalam
lingkungan keluarga. Seseorang yang berasal dari keluarga yang baik-baik dan
didukung oleh nilai-nilai agama yang baik atau keluarga yang mempraktekkan
sikap takut akan Tuhan dalam kehidupannya, maka seseorang itu juga akan
bertumbuh menjadi anak dengan kepribadian yang baik pula. Kepribadian yang
baik, akan mencerminkan pribadi Kristus dalam kehidupannya, kepribadian yang
mengaplikasikan nilai-nilai kristen (agama) dengan baik oleh orang-orang yang
percaya pada Tuhan Yesus Kristus, pada akhirnya akan menjadi pribadi Kristen. Menjadi
pribadi kristen saja tidak cukup jika belum mampu menjadi contoh atau teladan
yang baik oleh-oleh orang-orang di sekitarnya. Terkadang untuk berbuat baik
bagi orang-orang di sekitar kita saja, masih ada orang-orang atau oknum-oknum
tertentu yang merasa tidak senang dengan perilaku kita.
Menjadi seorang
yang mampu mencerminkan pribadi Kristus dalam kehidupannya memang tidak mudah.
Bahkan Tuhan Yesus sendiri pun mengatakan bahwa, jika kita mengikut Yesus, kita
harus siap dalam memikul salib. Bukan berarti memikul salib secara harafiah,
tetapi memikul salib disini adalah berani menanggung segala resiko atas apa
yang kita lakukan dan tunjukkan terhadap berbagai macam respon orang lain,
khussusnya orang-orang yang belum mengenal Kristus, baik itu positif maupun
negatif.
Untuk menjadi
pribadi yang baik, maka seseorang harus banyak belajar tentang agama. Memang
banyak orang yang dapat dikatakan merupakan ahli-ahli agama, cendekiawan,
tetapi banyak pula dari antara orang-orang tersebut yang hanya melakukannya
sebagai bentuk formalitas saja. Hanya untuk memperoleh nama baik dalam masyakat
saja. Tanpa memperhatikan apakah yang mereka ajarkan itu mampu diterapkan oleh
orang yang mendengarkan perkataannya. Mereka mengajarkan apa yang ada dalam
pikiran mereka, tanpa membandingkannya dengan ajaran Tuhan dalam alkitab. Apa
yang manusia pikir baik, belum tentu baik juga menurut Tuhan. Mereka rata-rata berasumsi bahwa hanya dengan menguasai
teori, maka dengan sendirinya orang-orang mampu menerapkannya dalam hidup
sehari-hari.
Di
lingkungan sekolah di Indonesia, terutama di lembaga pendidikan formal, ada
mata pelajaran yang memungkinkan setiap orang dapat memperoleh pengetahuan
tentang pembinaan dan pembangunan iman dan pertumbuhannya. Mata pelajaran
tersebut adalah mata pelajaran Pendidikan Agama. Bahkan dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang baru diberlakukan sekarang, ada satu mata pelajaran
khusus untuk membentuk kepribadian siswa, yaitu mata pelajaran Budi Pekerti.
Mata pelajaran ini lebih mengarah pada ajaran moral dan perilaku dalam hidup
bermasyarakat di dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan
mempelajari Pendidikan Agama Kristen seperti halnya yang telah dikemukakan oleh
Calvin yaitu:
“mendidik
semua putra-putri Ibu (gereja) agar mereka dilibatkan dalam penelaahan Alkitab
secara cerdas sebagaimana dibimbing oleh Roh Kusus, - diajarkan mengambil
bagian dalam kebaktian serta mencari keesaan gereja, - diperlengkapi memilih
cara-cara mengejewantahkan pengabdian diri kepada Allah Bapa Yesus Kristus
dalam gelanggang pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung jawab di bawah
kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang
dipilih dalam Yesus Kristus”.
Sehingga,
ajaran-ajaran agama tersebut pun bertujuan untuk:
1.
Menjadikan
seseorang mengalami perubahan iman (Yunani = pistis; percaya, iman, setia),
orang yang tadinya tidak percaya akhirnya berubah menjadi percaya, yakin, dan
setia kepada Tuhan.
2.
Mendapatkan
pengharapan baru atau seseorang akan mendapat wawasan dan kepastian masa depan.
3.
Membuka peluang
untuk meraih masa depan dengan baik.
4.
Mengajarkan
tentang adanya kehidupan sempurna serta kekal di Surga, dan hanya bisa dicapai
setelah manusia mati atau meninggalkan dunia ini. Untuk mencapai kehidupan
sempurna dan kekal itu, kita harus melaksanakan kehendak TUHAN sesuai dengan
yang diajarkan oleh agama-agama.
5.
Mampu mengasihi
sesama kita dengan tulus. Kasih merupakan tindakan yang mempunyai kesamaan
universal yaitu adanya hubungan dan perhatian dari seseorang kepada sesama,
dari sekelompok masyarakat kepada komunitas lainnya, dan seterusnya.
Pendidikan Agama Kristen sendiri,
mengarahkan siswa agar dapat mengenal Tuhan dan menerima Dia sebagai Tuhannya,
serta taat kepada-Nya. Untuk dapat taat kepada Tuhan, maka setiap orang harus
mengenal perintahnya agar dapat dilakukan. Juga harus memahami larangannya agar
dapat dijauhi. Agama harus bisa berperan untuk merubah orang-orang yang
kepribadiannya tidak sesuai dengan ajaran Tuhan. Kehidupan masyarakat hanya
bisa diperbaiki oleh pribadi-pribadi yang mengalami perubahan karena mendapat
tuntunan keagamaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa agama mempunyai hak dan
banyak sekali kemampuan untuk merubah manusia menjadi pribadi yang memiliki
moralitas yang tinggi dalam masyarakat dimana pun seseorang tersebut tinggal. Hal
ini dapat dipelajari dan diketahui dari Firman Tuhan yang tertuang di dalam
Alkitab.
Dari pandangan-pandangan inilah,
diketahui bahwa pengetahuan dan kepandaian yang mendatangkan kepribadian yang
luhur adalah pengetahuan dan kepandaian yang berasal dari Tuhan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
agama sangat berperan dalam pembentukan kepribadian seseorang. Sesuai dengan
yang tetulis dalam alkitab bahwa “Permulaan hikmat
adalah takut akan Tuhan, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik”
(Mzm 111 : 10). Karena peran agama yang ternyata sangat besar inilah, maka kita
semua wajib untuk mempelajarinya secara mendalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar