The Reason of My Life

The Reason of My Life
terimakasih untuk setiap cinta dari kalian untuk azt :*

Selasa, 29 Januari 2013

PERAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN


TUGAS AGAMA

Nama                           : Julistin Cahyani Salmon
NIM                            : 1114040020
Fakultas/Jurusan          : MIPA/Biologi


Untuk dapat mengetahui bagaimana peran agama dalam pembentukan kepribadian, terlebih dahulu kita harus mengetahui pengertian dari agama itu sendiri. Agama merupakan sesuatu yang telah kita peroleh sejak kita lahir dan akan terus kita pelajari sampai Tuhan memanggil kita kembali. Istilah Agama itu sendiri dalam bahasa sansekerta terdiri dari kosakata ”a” berarti “tidak” dan “gama” yang berarti kacau. Sehingga, apabila kedua kata itu digabungkan, maka agama berarti tidak kacau. Istilah yang kedua adalah “ugama” yang berarti “peraturan”, “tata tertib”, dan “hukum taurat”. Dari kedua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa agama adalah upaya manusia untuk mengaitkan dan menyesuaikan seluruh hidupnya dengan tata tertib, hukum serta peraturan Ilahi.
Dalam dunia pendidikan, peran agama dalam pembentukan kepribadian kristen sangat besar dampak dan pengaruhnya. Agama pertama kali dipelajari dalam lingkungan keluarga. Seorang anak yang dilahirkan dari orangtua yang beraga kristen, secara otomatis juga akan beragama kristen. Tetapi status keagamaannya ini hanya merupakan formalitas saja. Hanya untuk menunjukkan bahwa anak tersebut adalah seorang pengikut Kristus, tanpa mengetahui apa yang Tuhan kehendaki dari dirinya. Pertumbuhan iman anak kepada Tuhan merupakan dambaan setiap orang tua dalam kehidupannya. Untuk mencapai iman yang demikian, banyak usaha yang ditempuh setiap orang untuk membentuk dan membangun imannya. Sebagai contoh, setiap orang berusaha untuk mempelajari segala sesuatu tentang keagamaan. Sebab, dari zaman ke zaman, setiap orang selalu ingin memiliki kepribadian yang baik, sopan, bertatakrama, dihargai dan ingin bahagia dan ingin meraih kesuksesan hidup dan terpandang dalam lingkungannya. Dengan adanya agama, maka kita bisa banyak tahu tentang berbagai macam hal, baik itu yang buruk maupun yag baik. Bahkan dengan belajar agama kita bisa menyadari apa yang salah dan apa yang benar hanya dengan mempedomani agama. Sehingga dengan begitu, kepribadian seseorang akan bertumbuh.
Agama yang dilaksanakan sesuai dengan moralitas yang baik dalam masyakat, secara otomatis akan menghasilkan suatu kepribadian yang baik dan berkualitas. Agama memberikan kita suatu pengajaran bahwa, apa yang kita lakukan di dunia ini baik itu perilaku yang baik atau buruk, perilaku yang berkenan dan tidak berkenan di hadapan Tuhan, semuanya pasti akan ada ganjarannya. Apabila kita mampu menyenangkan hati Tuhan di dunia tempat kita dititipkan saat ini, maka Tuhan juga pasti akan menyenangkan hati kita dengan hidup bersama-sama dengan dia di dunia yang abadi nanti. Tuhan telah berjanji, bahwa barang siapa yang mengikuti Dia, ia tidak akan binasa, melainkan ia akan memperoleh hidup yang kekal.
Seperti yang dikatakan di atas, bahwa kepribadian pertama-tama akan dibentuk dalam lingkungan keluarga. Seseorang yang berasal dari keluarga yang baik-baik dan didukung oleh nilai-nilai agama yang baik atau keluarga yang mempraktekkan sikap takut akan Tuhan dalam kehidupannya, maka seseorang itu juga akan bertumbuh menjadi anak dengan kepribadian yang baik pula. Kepribadian yang baik, akan mencerminkan pribadi Kristus dalam kehidupannya, kepribadian yang mengaplikasikan nilai-nilai kristen (agama) dengan baik oleh orang-orang yang percaya pada Tuhan Yesus Kristus, pada akhirnya akan menjadi pribadi Kristen. Menjadi pribadi kristen saja tidak cukup jika belum mampu menjadi contoh atau teladan yang baik oleh-oleh orang-orang di sekitarnya. Terkadang untuk berbuat baik bagi orang-orang di sekitar kita saja, masih ada orang-orang atau oknum-oknum tertentu yang merasa tidak senang dengan perilaku kita.
Menjadi seorang yang mampu mencerminkan pribadi Kristus dalam kehidupannya memang tidak mudah. Bahkan Tuhan Yesus sendiri pun mengatakan bahwa, jika kita mengikut Yesus, kita harus siap dalam memikul salib. Bukan berarti memikul salib secara harafiah, tetapi memikul salib disini adalah berani menanggung segala resiko atas apa yang kita lakukan dan tunjukkan terhadap berbagai macam respon orang lain, khussusnya orang-orang yang belum mengenal Kristus, baik itu positif maupun negatif.
Untuk menjadi pribadi yang baik, maka seseorang harus banyak belajar tentang agama. Memang banyak orang yang dapat dikatakan merupakan ahli-ahli agama, cendekiawan, tetapi banyak pula dari antara orang-orang tersebut yang hanya melakukannya sebagai bentuk formalitas saja. Hanya untuk memperoleh nama baik dalam masyakat saja. Tanpa memperhatikan apakah yang mereka ajarkan itu mampu diterapkan oleh orang yang mendengarkan perkataannya. Mereka mengajarkan apa yang ada dalam pikiran mereka, tanpa membandingkannya dengan ajaran Tuhan dalam alkitab. Apa yang manusia pikir baik, belum tentu baik juga menurut Tuhan. Mereka rata-rata berasumsi bahwa hanya dengan menguasai teori, maka dengan sendirinya orang-orang mampu menerapkannya dalam hidup sehari-hari.
Di lingkungan sekolah di Indonesia, terutama di lembaga pendidikan formal, ada mata pelajaran yang memungkinkan setiap orang dapat memperoleh pengetahuan tentang pembinaan dan pembangunan iman dan pertumbuhannya. Mata pelajaran tersebut adalah mata pelajaran Pendidikan Agama. Bahkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi yang baru diberlakukan sekarang, ada satu mata pelajaran khusus untuk membentuk kepribadian siswa, yaitu mata pelajaran Budi Pekerti. Mata pelajaran ini lebih mengarah pada ajaran moral dan perilaku dalam hidup bermasyarakat di dalam kehidupan sehari-hari.


Tujuan mempelajari Pendidikan Agama Kristen seperti halnya yang telah dikemukakan oleh Calvin yaitu:
“mendidik semua putra-putri Ibu (gereja) agar mereka dilibatkan dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dibimbing oleh Roh Kusus, - diajarkan mengambil bagian dalam kebaktian serta mencari keesaan gereja, - diperlengkapi memilih cara-cara mengejewantahkan pengabdian diri kepada Allah Bapa Yesus Kristus dalam gelanggang pekerjaan sehari-hari serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus”.
Sehingga, ajaran-ajaran agama tersebut pun bertujuan untuk:
1.      Menjadikan seseorang mengalami perubahan iman (Yunani = pistis; percaya, iman, setia), orang yang tadinya tidak percaya akhirnya berubah menjadi percaya, yakin, dan setia kepada Tuhan.
2.      Mendapatkan pengharapan baru atau seseorang akan mendapat wawasan dan kepastian masa depan.
3.      Membuka peluang untuk meraih masa depan dengan baik.
4.      Mengajarkan tentang adanya kehidupan sempurna serta kekal di Surga, dan hanya bisa dicapai setelah manusia mati atau meninggalkan dunia ini. Untuk mencapai kehidupan sempurna dan kekal itu, kita harus melaksanakan kehendak TUHAN sesuai dengan yang diajarkan oleh agama-agama.
5.      Mampu mengasihi sesama kita dengan tulus. Kasih merupakan tindakan yang mempunyai kesamaan universal yaitu adanya hubungan dan perhatian dari seseorang kepada sesama, dari sekelompok masyarakat kepada komunitas lainnya, dan seterusnya.
Pendidikan Agama Kristen sendiri, mengarahkan siswa agar dapat mengenal Tuhan dan menerima Dia sebagai Tuhannya, serta taat kepada-Nya. Untuk dapat taat kepada Tuhan, maka setiap orang harus mengenal perintahnya agar dapat dilakukan. Juga harus memahami larangannya agar dapat dijauhi. Agama harus bisa berperan untuk merubah orang-orang yang kepribadiannya tidak sesuai dengan ajaran Tuhan. Kehidupan masyarakat hanya bisa diperbaiki oleh pribadi-pribadi yang mengalami perubahan karena mendapat tuntunan keagamaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa agama mempunyai hak dan banyak sekali kemampuan untuk merubah manusia menjadi pribadi yang memiliki moralitas yang tinggi dalam masyarakat dimana pun seseorang tersebut tinggal. Hal ini dapat dipelajari dan diketahui dari Firman Tuhan yang tertuang di dalam Alkitab.
Dari pandangan-pandangan inilah, diketahui bahwa pengetahuan dan kepandaian yang mendatangkan kepribadian yang luhur adalah pengetahuan dan kepandaian yang berasal dari Tuhan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agama sangat berperan dalam pembentukan kepribadian seseorang. Sesuai dengan yang tetulis dalam alkitab bahwa “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik” (Mzm 111 : 10). Karena peran agama yang ternyata sangat besar inilah, maka kita semua wajib untuk mempelajarinya secara mendalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar