BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perilaku merupakan bentuk respons suatu
organisme terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Seringkali suatu
perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis dan karena akibat proses
belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan. Salah satu
diantaranya adalah perilaku dari hewan-hewan yang didomestikasi.
Domestikasi adalah proses penjinakan
hewan atau tumbuhan. Atau
Domestikasi merupakan pengadopsian tumbuhan dan
hewan dari kehidupan liar ke dalam lingkungan kehidupan sehari-hari manusia.
Dalam arti yang sederhana, domestikasi merupakan proses “penjinakan” yang
dilakukan terhadap hewan liar. Perbedaannya, apabila penjinakan lebih pada
individu, domestikasi melibatkan populasi, seperti seleksi, pemuliaan
(perbaikan keturunan), serta perubahan perilaku/sifat dari organisme yang
menjadi objeknya.
Hewan
domestikasi merupakan hewan liar yang dijinakkan sesuai dengan keinginan yang
diharapkan manusia itu sendiri. Semakin besar keinginan maka semakin besar perubahan
yang terjadi pada hewan yang didomestikasikan. Sehingga kebanyakan hewan yang telah didomestikasi
mengalami perubahan secara morfologis dan fisiologis.
B.
Rumusan
Masalah
Bagaimana
perilaku dari hewan domestikasi seperti Gallus
gallus?
C.
Tujuan
Untuk
mengetahui bentuk-bentuk perilaku dari hewan domestikasi seperti Gallus gallus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ilmu perilaku hewan, pada
keseluruhannya merupakan kombinasi kerja-kerja laboratorium dan pengamatan di
lapangan, yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan disiplin ilmu-ilmu
tertentu semisal neuroanatomi, ekologi, dan evolusi. Seorang ahli perilaku
hewan umumnya menaruh perhatian pada proses-proses bagaimana suatu jenis
perilaku (misalnya agresi) berlangsung pada jenis-jenis hewan yang berbeda.
Meski ada pula yang berspesialisasi pada tingkah laku suatu jenis atau
kelompok kekerabatan hewan yang tertentu (Anonim, 2014)
Suatu definisi kamus mengenai perilaku
mungkin berupa “bertindak, bereaksi, atau berfungsi dalam suatu cara teretentu
sebagai respon terhadap beberapa rangsangan (stimulus)”. Banyak perilaku
memang terdiri atas aktivitas otot yang dapat diamati secara eksternal, yaitu
komponen “bertindak” dan “bereaksi” dari defenisi tersebut. akan tetapi jika
seekor burung muda yang mendengarkan kicauan burung dewasa mungkin tidak
menunjukkan adanya hubungan dengan aktivitas otot. Sebagai gantinya, ingatan
akan kicauan burung dapat disimpan dalam otak burung muda dan setiap respon
otot yang diamati muncul belakangan. Dengan demikian, jika kita menganggap
perilaku (behavior) sebagai apa yang dilakukan oleh hewan dan bagaimana hewan
tersebut melakukannya, definisi ini akan meliputi komponen perilaku yang tidak
berkaitan dengan pergerakan dan juga tindakan hewan yang dapat diamati
(Campbell, 2004)
Perilaku organisme, bergantung tidak
hanya berdasarkan pada jenis organismenya, tetapi juga berdasarkan apa yang
terjadi dalam lingkungan hidupnya.
Perilaku sendiri memiliki arti sikap dan gerak organisme berespon dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Macam lingkungannya antara lain: lingkungan dalam dan luar. Lingkungan dalam, yaitu: hormon, nyeri, getahan, ampas, metebolisme. Sedangkan yang dimaksud lingkungan luar, yaitu:suhu, makanan, air minum, cahaya matahari, gravitasi, tekanan udara, tempat tinggal, hubungan dengan mahluk lain intra dan inter spesies. Bentuk prilakunya sendiri mencakup: cara makan dan mengambil makanan, membuat tempat tinggal, memelihara dan membersihkan, berlindung dan bertahan terhadap parasit atau pengganggu, mencari pasangan, berkembang biak, mengasuh anak, berkomunikasi dengan individu lain (Nia, 2011)
Perilaku sendiri memiliki arti sikap dan gerak organisme berespon dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Macam lingkungannya antara lain: lingkungan dalam dan luar. Lingkungan dalam, yaitu: hormon, nyeri, getahan, ampas, metebolisme. Sedangkan yang dimaksud lingkungan luar, yaitu:suhu, makanan, air minum, cahaya matahari, gravitasi, tekanan udara, tempat tinggal, hubungan dengan mahluk lain intra dan inter spesies. Bentuk prilakunya sendiri mencakup: cara makan dan mengambil makanan, membuat tempat tinggal, memelihara dan membersihkan, berlindung dan bertahan terhadap parasit atau pengganggu, mencari pasangan, berkembang biak, mengasuh anak, berkomunikasi dengan individu lain (Nia, 2011)
Perilaku adalah aktivitas suatu
organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati perilaku, kita
cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita amati, yakni dengan
menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti kita. Ini adalah
antropomorfisme (Y: anthropos = manusia), yaitu interpretasi perilaku
organisme lain seperti perilaku manusia. Semakin kita merasa mengenal suatu
organisme, semakin kita menafsirkan perilaku tersebut secara antropomorfik
(Bachtiar, 2011)
BAB III
PEMBAHASAN
Beberapa contoh bentuk perilaku
dari Gallus gallus domesticus (ayam
peliharaan) adalah:
1. Perilaku
Agonistik
Jika beberapa ayam betina yang tidak
saling mengenal satu sama lain digabungkan bersama-sama, mereka akan merespon
dengan berkelahi dan saling mematuk. Akhirnya kelompok itu akan membentuk
suatu “urutan patukan” yang jelas- suatu hirarki dominansi yang kurang lebih
linier.
2.
Makan
dan Minum
a.
Makan
Anak ayam baru menetas akan mematuk segala baru kemudian bisa memilih objek yang harus dipatuk setelah mengalami proses belajar < 30 jam setelah menetas : cerebellum. Setelah 30 jam, kemampuan mengingat menurun. Bila sering terjadi, akan berpengaruh terhadap produksi, hal ini biasa terjadi pada pemberian pakan yang berubah-ubah. Nafsu makan pada ayam akan meningkat apabila melihat temannya makan.
Anak ayam baru menetas akan mematuk segala baru kemudian bisa memilih objek yang harus dipatuk setelah mengalami proses belajar < 30 jam setelah menetas : cerebellum. Setelah 30 jam, kemampuan mengingat menurun. Bila sering terjadi, akan berpengaruh terhadap produksi, hal ini biasa terjadi pada pemberian pakan yang berubah-ubah. Nafsu makan pada ayam akan meningkat apabila melihat temannya makan.
b.
Minum
Anak ayam tidak belajar minum, tetapi
belajar makan, mematuk. Mula-mula
mematuk serpihan ringan (dedak) yang mengapung di atas air, dari pengalaman
itu ayam belajar minum. Ayam sangat membutuhkan air.
3.
Epimeletik (care giving) dan Et-epimeletik (care-soliciting). Tingkah laku
keindukan/keibuan. Epimeletik pada ayam yaitu dengan berkokok bila terpisah
dari anaknya.
4.
Perilaku
Sex
Ayam
adalah hewan poligami.
a.
Jantan
1)
Merendahkan
sayap* Tarian WALTZ
Ada
3 macam tarian WALTZ diperlihatkan kepada betina:
ü
Sebagai
pinangan
ü
Yang
sudah siap kawin
ü
Setelah
selesai kawin
2)
Mendekati
betina
3) Melangkah ke samping betina hingga
dekat sekali
4)
Bila
pinangan tidak ada tanggapan, jantan mematuk-matuk batu/mengais-ais sambil
memanggil betina.
5) Jika tetap tidak ada tanggapan,jantan
akan mengejar ayam betina.
ü Penegakkan bulu.
Leher jantan ditinggikan, bulu ditegakkan, bulu
seluruh badan bergetar & sesudah
kawin
ü Gerakan Ekor.
Ekor si jantan digerakkan dengan cepat dalam arah
horizontal
ü Gerakan Kepala.
Kepala dimiringkan, kemudian digerakkan membuat
satu lingkaran
ü Penyisiran Bulu.
Menggosok-gosokkan kepala pada sayapnya
ü
Hentakan
Kaki. Jantan berlari
dengan kaki dibengkokkan, sayapnya direndahkan, sehingga menyentuh tanah,
leher dipendekkan. Biasanya dilakukan sebelum jantan mengejar betina.
6)
Gerakan
Abnormal
Jantan
mengitari betina sambil mengawasinya dengan seksama. Jantan mendekati betina
dari belakang lalu mematuk kepala/leher betina sambil mengepakkan sayapnya
dengan cepat.
b.
Betina
1) Menolak dikawini: lari
2)
Menerima:
dada, ekor merapat ke tanah, sayap dikembangkan untuk menjaga keseimbangan.
5.
Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu hal yang paling penting pada hubungan anak ayam
dengan induk, maupu hubungan antara ayam betina dan jantan. Komunikasi pada
ayam adalah melalui pendengaran.Sang induk dapat mengetahui keadaan anaknya melalui
suaranya sekalipun letak induk dan anak berjauhan.
Misalnya, anak
ayam akan menciap, karena:
ü Kesulitan/kesakitan/terjepit
ü
Tidak
ada makanan
ü
Ketakutan:
ada elang / tersesat
ü
Kegirangan
karena mendapat cacing
Induk juga akan ”mengutruk” sebagai
tanda:
v
Memanggil
anaknya : ada makanan
v
Memanggil
anaknya : untuk mengikuti
v Memberitahu
adanya bahaya
v Memberitahu
posisi/keberadaannya
Suara (kokok) sebagai alat komunikasi
antara induk dengan anak, atau betina memberi tanda pejantan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
simpulan yang dapat diambil adalah:
1.
Perilaku
merupakan bentuk respons suatu organisme terhadap kondisi internal dan
eksternalnya.
2. Hewan
domestikasi merupakan hewan liar yang dijinakkan sesuai dengan keinginan yang
diharapkan manusia itu sendiri.
3.
Perilaku
setiap hewan berbeda–beda karena perilaku dihasilkan oleh gen dan faktor– faktor
ligkungan.
4. Saran
1.
Kita
sebaiknya lebih memperhatikan bagaimana perilaku hewan domestikasi
dilingkungan awalnya terlebih dahulu, agar ketika kita mendomestikasi hewan
tersebut, dan tidak terjadi stress terhadap hewan yang didomestikasi.
2.
Dengan
mengetahui perilaku hewan domestikasi kita juga dapat memelihara hewan
tersebut dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2014. “Etologi”. http://id.wikipedia.org/wiki/Etologi. Diakses pada
tanggal 27 Januari 2014
Bachtiar,
Yusuf. 2011. “Pengenalan Perilaku Hewan”. http://yusufpojokkampus.wordpress.com/materi/perilaku-hewan/pengenalan-perilaku-hewan/. Diakses pada
tanggal 27 Januari 2014
Campbell, Neil A. dkk. 2004. Biologi
Jilid III (ed.5). Jakarta: Erlangga
Nia. 2011. “Biologi
Perilaku Hewan”. http://ninaapriyani.blogspot.com/2011/02/biologi-perilaku-hewan.html. Diakses pada
tanggal 27 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar